Kamis, 16 Februari 2012

Perubahan Suhu

Perubahan Suhu
PENGARUH PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN AKIBAT CO2 PADA PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KEGIATAN (AKTIVITAS) MASYARAKAT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIMED
2011

PENDAHULUAN
            Perubahan iklim global diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer bumi sebagai efek rumah kaca (greenhouse), kegiatan industri, pemanfaatan sumberdaya minyak bumi dan batubara, serta kebakaran hutan sebagai penyumbang emisi gas CO2 terbesar di dunia yang mengakibatkan perubahan pada lingkungan dan tataguna lahan (land use), karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang diterima dengan energi yang dilepaskan ke udara dan terjadi perubahan tatanan pada atmosfir sehingga dapat mempengaruhi siklus menjadi tidak seimbang di alam, akibatnya terjadi perubahan temperatur yang sangat signifikan di atmosfer. Pemanasan global berdampak pada perubahan iklim di dunia menjadi tidak stabil, apabila pemananasan global terus bertambah setiap tahunnya dapat menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap percepatan ancaman yang seperti badai siklon tropis, air pasang dan banjir, kenaikan temperatur ekstrim, tsunami, kekeringan dan El Nino yang dapat menimbulkan risiko bencana pada sistem ekologis.
            Bencana ekologis merupakan fenomena alam yang terjadi akibat adanya perubahan tatanan ekologi yang mengalami gangguan atas beberapa faktor yang saling mempengaruhi antara manusia, makluk hidup dan kondisi alam. Alam sebagai tempat tinggal dan segala sesuatu yang memberikan keseimbangan lingkungan, bencana ekologi sering terjadi akibat akumulasi krisis ekologi yang disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya pengurusan alam yang mengakibatkan kolapsnya tata kehidupan manusia, kondisi ini juga dipercepat dengan dampak yang dilakukan oleh kegiatan manusia dalam mengelola lingkungan sehingga mempengaruhi pemanasan global di bumi yang berujung pada terjadinya bencana dimana-mana, pengaruh utama dari pemanasan global terhadap terjadinya bencana adalah perubahan suhu udara yang semakin meningkat sehingga mengakibatkan perubahan musim yang tidak seimbang dan memicu percepatan siklus geologi dan metereologi.
            Pemanasan global dan perubahan iklim diakibatkan oleh efek rumah kaca. Pengaruh dari pemanasan global dan perubahan iklim meliputi : kenaikan permukaan laut yang bias mengancam pulau dan masyarakat pantai, siklus hidrologi yagn dapat meningkatkan penyebab banjir dan musim kering. Hal ini akan menyebabkan terjadinya curah hujan ekstrem, dan perubahan ekologis yang bias mengancam produktivitas pertanian.
Dampak yang terbesar akibat dari perubahan iklim di dunia adanya bencana El Nino, merupakan bencana kekeringan yang terjadi yang terjadi akibat meningkatnya suhu dari rata-rata suhu normalnya sehingga terjadi perubahan musim yang sangat signifikan, hal ini berdampak pada kondisi lahan dan mempengaruhi produktifitas pertanian untuk menghasilkan dapat berdampak pada rusaknya satu ekosistem, tatanan kehidupan manusia, dan kerusakan ekologi. Selain itu dapat mempengaruhi ketersediaan sumberdaya air baik yang ada di permukaan maupun yang ada di bawah permukaan, menjadi fenomena sosial ketika banyak terjadi kekeringan, berkurangnya daya tahan pangan dan hilangnya keberfungsiaan lahan. Bencana ekologi terjadi akibat adanya akumulasi dari seluruh rangkaian proses yang di akibatkan oleh pemanasan global di dunia.
PEMBAHASAN
            Pemanasan global adalah peningkatan gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh kegiatan uamt manusia yang meningkatkan efek rumah kaca. Sebagai salah satu efek pemanasan global, selama dua decade terakhir asalah timbulnya berbagai penyakit yang menyebar dengan cepat. Beberapa mikro-organisme dalam tahap istirahat dapat dijumpai dalam suhu yang rendah. Setelah suhu naik dia akan berkembang dengan pesat. Berbagai wabah penyakit sudah diketahui dan dicurigai oleh para ilmuan sejak dua dasawarsa yang lampau, sebagai akibat terjadinya pemanasan global.
            Efek Rumah Kaca terjadi alami karena memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk di bumi. Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Sejak awal jaman industrialisasi, awal akhir abad ke-17, konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0.5 – 0.6 derajat Celcius akibat emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
            Efek Rumah Kaca itu benar-benar terjadi melalui beberapa bukti berikut:
- Pertama, berdasarkan ilmu fisika, beberapa gas mempunyai kemampuan untuk     menahan panas. Tak ada yang patut diragukan dari pernyataan ini.
- Kedua, pengukuran yang dilakukan sejak tahun 1950-an menunjukkan tingkat     konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat secara tetap, dan peningkatan ini
berhubungan dengan emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan industri dan berbagai aktivitas manusia lainnya.
- Ketiga, penelitian menunjukkan udara yang terperangkap di dalam gunung es      telah berusia 250 ribu tahun . Artinya:
   · Konsentrasi Gas Rumah Kaca di udara berbeda-beda di
      masa lalu dan masa kini. Perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan                                    temperatur
   · Konsentrasi Gas Rumah Kaca terbukti meningkat sejak masa praindustri.
Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6). Jenis GRK yang memberikan sumbangan paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana, dan dinitro oksida. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) di sektor energi dan transport, penggundulan hutan , dan pertanian . Sementara, untuk gas rumah kaca lainnya (HFC, PFC, SF6 ) hanya menyumbang kurang dari 1% .
1.      Pembangkit listrik bertenaga batubara.
Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit! Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun!
2.      Kedua, pembakaran kendaraan bermotor.
Kendaraan yang mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara! Bayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Jakarta lebih dari 4 juta kendaraan.
lebih banyak daripada penduduk di negara-negara berkembang!
             Lima pengemisi karbondioksida terbesar di dunia adalah Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, dan Jepang. Ini yang menyebabkan Protokol Kyoto. Hanya mengharuskan negara-negara maju, yang juga kaya, untuk menurunkan emisinya lebih dahulu. Ironisnya, Cina sebagai negara berkembang menunjukkan sikap kepemimpinan dalam menanggapi isu Perubahan Iklim, berkebalikan dengan negara-negara industri yang kian terpuruk. Emisi karbondioksida Cina pada tahun 1998 turun hingga 4% dengan tingkat ekonomi naik hingga lebih dari 7%.
            Efek Rumah Kaca adalah penyebab, sementara Pemanasan Global dan Perubahan Iklim adalah akibat.
Efek Rumah Kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas (atau energi) di atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud salah satunya peningkatan temperatur bumi, kemudian disebut Pemanasan Global dan berubahnya iklim regional—pola curah hujan, penguapan, pembentukan awam—atau Perubahan Iklim.
CO2 adalah GRK terpenting yang memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatnya faktor radiatif. CO2 bertanggung jawab atas 83% penyebab radiatif dari GRK pada 1994 sedangkan methan memberikan kontribusi sebesar 15%. Kontribusi gas-gas lain dianggap tidak signifikan.

DAMPAK TERHADAP MASYARAKAT

            Menurut Konvensi Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nation Framework Convention on Climate Change atau UNFCCC), sistem iklim dalam hubungannya dengan perubahan iklim didefinisikan sebagai totalitas atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan geosfer dengan interaksinya. Sedangkan perubahan iklim dinyatakan sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer, yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang2. Sejak Konferensi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992, ilmuwan di seluruh dunia menjadi makin tertarik pada isu tentang perubahan iklim, terutama terhadap pembentukan gas rumah kaca (GRK)3 di atmosfer Bumi.
            Perubahan iklim yang dicirikan oleh peningkatan suhu udara dan perubahan besaran dan distribusi curah hujan telah membawa dampak yang luas dalam banyak segi kehidupan manusia dan diperkirakan akan terus memburuk jika emisi GRK tidak dapat dikurangi dan distabilkan. Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dipengaruhi oleh kerentanan suatu sistem.
            Kerentanan (vulnerability) didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem (termasuk ekosistem, sosial ekonomi, dan kelembagaan) untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Kerentanan merupakan fungsi besarnya perubahan dan dampak, serta variasi perubahan iklim. Sistem yang rentan tidak akan mampu mengatasi dampak yang kecil sekalipun, apalagi jika perubahan yang terjadi sangat bervariasi. IPCC (2001) menggolongkan risiko akibat perubahan iklim menjadi risiko ekstrim sederhana dan risiko ekstrim kompleks. Perubahan yang terjadi dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.
A. Akibat ekstrim sederhana:
1) Akibat yang menguntungkan
         Bertambahnya produktivitas tanaman di daerah beriklim dingin
         Menurunnya risiko kerusakan tanaman pertanian oleh cekaman dingin
         Meningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air pada daerah kekurangan air
         Berkurangnya tenaga listrik untuk pemanasan
         Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian oleh cekaman dingin
2) Akibatyang merugikan
         Meningkatnya tingkat kematian dan penyakit serius pada manula dan golongan miskin perkotaan

B. Akibat ekstrim kompleks (seluruhnya merugikan)
         Berkurangnya produksi tanaman pertanian oleh kejadian kekeringan dan banjir
         Meningkatnya kerusakan bangunan oleh pergeseran batuan
         Penurunan sumber daya air secara kualitatif maupun kuantitatif
         Meningkatnya risiko kebakaran hutan
         Meningkatnya risiko kehidupan manusia, epidami penyakit infeksi
         Meningkatnya erosi pantai dan kerusakan bangunan dan infrastruktur pantai
         Meningkatnya kerusakan ekosistem pantai seperti terumbu karang dan mangrove
         Menurunnya potensi pembangkit listrik tenaga di daerah rawan kekeringan
         Meningkatnya kejadian kekeringan dan kebanjiran
         Meningkatnya kerusakan infrastruktur.
Dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan dan kehidupan, dapat dibedakan menurut tingkat kenaikan suhu dan rentang waktu. Bila suhu bumi meningkat hingga 30C diramalkan sebagian belahan bumi akan tenggelam, karena meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah kutub, misalnya Bangladesh akan tenggelam. Bencana tzunami akan terjadi lagi di beberapa tempat, kekeringan dan berkurangnya beberapa mata air, kelaparan dimana-mana. Akibatnya banyak penduduk dari daerah-daerah yang terkena bencana akan mengungsi ke tempat lain. Peningkatan jumlah pengungsi di suatu tempat akan berdampak terhadap stabilitas sosial dan ekonomi, kejadian tersebut sudah sering kita dengar terjadi di Indonesia paska bencana.
            Perubahan yang lain adalah meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Perubahan-perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap hasil pertanian, berkurangnya salju di puncak gunung, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna.
            Akibat perubahan global tersebut akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam perencanaan dan pengembangan wilayah, pengembangan pendidikan dan sebagainya. Guna menghindari terjadinya bencana besar yang memakan banyak korban, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global.


            Manusia sensitif terhadap pemanasan global termasuk diantaranya meliputi ketersediaan air bersih, pertanian dan kehutanan (ketersediaan pangan); daerah pantai dan kelautan (perikanan), perkampungan (tempat tinggal), ketersediaan energi, industri; asuransi dan aspek perkonomian lainnya; dan kesehatan.

a. Ketahanan Pangan Terancam – Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air, serangan hama dan penyakit, kenaikan air laut, serta angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi waktu tanam dan waktu panen, di beberapa tempat masa tanam lebih panjang tetapi di lain tempat justru menjadi lebih singkat. Peningkatan suhu 1oC diperkirakan akan menurunkan panen padi di negara tropis sebanyak 10%. Dengan demikian bahaya kelaparan akan mengancam penduduk di mana-mana.

b. Risiko Kesehatan – Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa memunculkan penyakit lama yang sudah jarang ditemukan saat ini. Badan Kesehatan PBB memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam berdarah (dengee) diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
TABEL .KERUGIAN BEBERAPA PEYAKIT YAN BERKAITAN DENGAN CUACA


GAMBAR  KENAIKAN SUHU RATA‐RATA DI PERANCIS DAN KENAIKAN KEMATIAN, 2003
c. Air – Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama di daerah tropika kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan. Masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai akan sangat menderita.
Apalagi bila terumbu karang mulai berkurang yang menjadi tempat hidup makhluk laut, sehingga mengurangi jenis ikan dan populasi ikan-ikan.
d. Ekonomi – Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaanlaut dan kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim.

e. Dampak sosial, budaya dan politik ¬ Bencana terkait perubahan iklim akan meningkatkan jumlah pengungsi di dalam suatu negara maupun antar negara. Proses mengungsi ini membuat orang menjadi miskin dan terpisah dari akar sosial dan budaya mereka, terutama hubungan dengan tanah leluhur dan kearifan budaya mereka. Di sisi lain, krisis pangan, air dan sumberdaya terus meningkat, sehingga akan menimbulkan konflik horizontal dan akhirnya bisa memicu konflik politik di dalam negara maupun antar negara.

f. Dampak Lingkungan kepunahan. Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan global karena sebagian besar lahan akan dihuni manusia. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim dan gangguan padakesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem), misalnya terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi.
Adaptasi
            Perubahan iklim yang sedang terjadi berikut segala dampaknya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya adaptasi, yaitu mempersiapkan diri dan hidup dengan berbagai perubahan akibat perubahan iklim, baik yang telah terjadi maupun mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi. Beradaptasi terhadap kedua macam dampak perubahan iklim – kejadian ekstrem dan dampak perlahan – memerlukan strategi yang berbeda. Mempersiapkan diri menghadapi kejadian ekstrem dilakukan dengan menyusunrencana penanganan bila terjadi bencana alam, seperti badai dan banjir. Sedangkan menghadapi perubahan perlahan memerlukan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang terus berubah.
            Sebenarnya penanganan masalah lingkungan, seperti reboisasi atau rehabilitasi terumbu karang yang rusak, sudah merupakan kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim. Namun, kegiatan tersebut perlu diperkuat dengan menyertakan pertimbangan mengenai dampak perubahan iklim. Usaha mengurangi kemiskinan juga merupakan kegiatan adaptasi karena masyarakat miskin paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dengan minimnya kemampuan mereka untuk beradaptasi.
Contoh adaptasi terhadap kejadian ekstrem adalah dengan mengantisipasi bencana alam yang bisa semakin sering terjadi karena adanya perubahan iklim. Ini bisa dilakukan dengan membuat sistem peringatan dini di daerah yang dinilai rawan badai serta memberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan masyarakat bila badai terjadi.
Contoh adaptasi terhadap dampak perubahan iklim perlahan adalah membuat perlindungan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir dengan cara menanam hutan bakau. Adanya hutan bakau mengurangi kemungkingan erosi pantai dan intrusi air laut ke dalam sumber air bersih akibat naiknya permukaan air laut.

SIMPULAN

Melalui penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang terkait, dapat disimpulkan bahwa pemanasan global di samping dipengaruhi oleh hasil kegiatan manusia, ternyata pengaruh dari aktivitas Matahari juga berperan serta didalamnya. Hal ini terlihat dari kenaikan temperatur sejak 1900an yang berkorelasi dengan kenaikan dari aktivitas Matahari. Walaupun pola kenaikan CO2 terlihat lebih kuat kaitannya dibandingkan dengan kenaikan pada siklus sunspot.
            Dari gambaran dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor di atas akhirnya perubahan iklim mempunyai implikasi terhadap aktivitas ekonomi suatu daerah, suatu wilayah, bahkan mungkin untuk seluruh dunia. Selain dampak yang secara langsung berpengaruh terhadap berbagai aktivitas manusia, biaya sosial dan ekonomi juga harus dikeluarkan untuk memperlambat pemanasan global juga sangat tinggi.
Karena dalam pengendalian dibutuhkan kebijakan dan kearifan dari semua pihak khususnya dalam pemanfaatan enersi bersih yang rendah emisi gas buang CO2, efiseinsi penggunaan dan pemanfaat bahan yang ramah lingkungan serta aksi atau kegiatan yang terkait dengan reforestasi secara berkelanjutan dan terus menerus. Di lain pihak adanya pusat penelitian dan pengembangan di bidang cuaca dan iklim yang handal dan profesional merupakan harapan kita yang dapat membantu dalam pengumpulan data dan informasi, pengolahan/penelitian dan pengembangan serta penyebaran informasi. Pengalaman menunjukan bahwa data dan informasi Pemanasan Glolbal umumnya bersumber berasal dari luar Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar