Perubahan Suhu
PENGARUH PERUBAHAN SUHU
LINGKUNGAN AKIBAT CO2 PADA PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KEGIATAN
(AKTIVITAS) MASYARAKAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIMED
2011
PENDAHULUAN
Perubahan iklim global diakibatkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas CO2 di atmosfer bumi sebagai efek rumah kaca
(greenhouse), kegiatan industri, pemanfaatan sumberdaya minyak bumi dan
batubara, serta kebakaran hutan sebagai penyumbang emisi gas CO2
terbesar di dunia yang mengakibatkan perubahan pada lingkungan dan tataguna
lahan (land use), karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang diterima
dengan energi yang dilepaskan ke udara dan terjadi perubahan tatanan pada atmosfir
sehingga dapat mempengaruhi siklus menjadi tidak seimbang di alam, akibatnya
terjadi perubahan temperatur yang sangat signifikan di atmosfer. Pemanasan
global berdampak pada perubahan iklim di dunia menjadi tidak stabil, apabila
pemananasan global terus bertambah setiap tahunnya dapat menimbulkan dampak
yang sangat besar terhadap percepatan ancaman yang seperti badai siklon tropis,
air pasang dan banjir, kenaikan temperatur ekstrim, tsunami, kekeringan dan El
Nino yang dapat menimbulkan risiko bencana pada sistem ekologis.
Bencana ekologis merupakan fenomena alam yang terjadi
akibat adanya perubahan tatanan ekologi yang mengalami gangguan atas beberapa
faktor yang saling mempengaruhi antara manusia, makluk hidup dan kondisi alam. Alam
sebagai tempat tinggal dan segala sesuatu yang memberikan keseimbangan
lingkungan, bencana ekologi sering terjadi akibat akumulasi krisis ekologi yang
disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya pengurusan alam yang mengakibatkan
kolapsnya tata kehidupan manusia, kondisi ini juga dipercepat dengan dampak
yang dilakukan oleh kegiatan manusia dalam mengelola lingkungan sehingga
mempengaruhi pemanasan global di bumi yang berujung pada terjadinya bencana
dimana-mana, pengaruh utama dari pemanasan global terhadap terjadinya bencana
adalah perubahan suhu udara yang semakin meningkat sehingga mengakibatkan
perubahan musim yang tidak seimbang dan memicu percepatan siklus geologi dan
metereologi.
Pemanasan global dan perubahan iklim
diakibatkan oleh efek rumah kaca. Pengaruh
dari pemanasan global dan perubahan iklim meliputi : kenaikan permukaan laut
yang bias mengancam pulau dan masyarakat pantai, siklus hidrologi yagn dapat
meningkatkan penyebab banjir dan musim kering. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya curah hujan ekstrem, dan perubahan ekologis yang bias mengancam
produktivitas pertanian.
Dampak yang terbesar akibat dari perubahan iklim di dunia adanya bencana
El Nino, merupakan bencana kekeringan yang terjadi yang terjadi akibat
meningkatnya suhu dari rata-rata suhu normalnya sehingga terjadi perubahan
musim yang sangat signifikan, hal ini berdampak pada kondisi lahan dan
mempengaruhi produktifitas pertanian untuk menghasilkan dapat berdampak pada
rusaknya satu ekosistem, tatanan kehidupan manusia, dan kerusakan ekologi. Selain
itu dapat mempengaruhi ketersediaan sumberdaya air baik yang ada di permukaan
maupun yang ada di bawah permukaan, menjadi fenomena sosial ketika banyak
terjadi kekeringan, berkurangnya daya tahan pangan dan hilangnya keberfungsiaan
lahan. Bencana ekologi terjadi akibat adanya akumulasi dari seluruh rangkaian
proses yang di akibatkan oleh pemanasan global di dunia.
PEMBAHASAN
Pemanasan global adalah peningkatan gas
rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh kegiatan uamt manusia yang
meningkatkan efek rumah kaca. Sebagai salah satu efek pemanasan global, selama
dua decade terakhir asalah timbulnya berbagai penyakit yang menyebar dengan
cepat. Beberapa mikro-organisme dalam tahap istirahat dapat dijumpai dalam suhu
yang rendah. Setelah suhu naik dia akan berkembang dengan pesat. Berbagai wabah
penyakit sudah diketahui dan dicurigai oleh para ilmuan sejak dua dasawarsa
yang lampau, sebagai akibat terjadinya pemanasan global.
Efek
Rumah Kaca terjadi alami karena memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk
di bumi. Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, seperti karbondioksida (CO2),
metana (CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan
bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Sejak awal jaman industrialisasi,
awal akhir abad ke-17, konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat drastis.
Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0.5 – 0.6 derajat
Celcius akibat emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Efek
Rumah Kaca itu benar-benar terjadi melalui beberapa bukti berikut:
- Pertama, berdasarkan ilmu fisika, beberapa
gas mempunyai kemampuan untuk menahan
panas. Tak ada yang patut diragukan dari pernyataan ini.
- Kedua, pengukuran yang dilakukan sejak tahun
1950-an menunjukkan tingkat konsentrasi
Gas Rumah Kaca meningkat secara tetap, dan peningkatan ini
berhubungan dengan emisi Gas Rumah
Kaca yang dihasilkan industri dan berbagai aktivitas manusia lainnya.
- Ketiga, penelitian menunjukkan udara yang
terperangkap di dalam gunung es telah
berusia 250 ribu tahun . Artinya:
· Konsentrasi Gas Rumah Kaca di udara berbeda-beda
di
masa lalu dan masa kini.
Perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan temperatur
· Konsentrasi Gas Rumah Kaca
terbukti meningkat sejak masa praindustri.
Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah
Kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro
oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai
sulfur heksafluorida (SF6). Jenis GRK yang memberikan sumbangan
paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana, dan
dinitro oksida. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil
(minyak bumi dan batu bara) di sektor energi dan transport, penggundulan hutan
, dan pertanian . Sementara, untuk gas rumah kaca lainnya (HFC, PFC, SF6
) hanya menyumbang kurang dari 1% .
1. Pembangkit listrik bertenaga batubara.
Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang
dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang
dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit! Setiap 1000
megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan
mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun!
2. Kedua, pembakaran kendaraan bermotor.
Kendaraan yang mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan
menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida
ke udara! Bayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Jakarta lebih dari 4 juta kendaraan.
lebih banyak daripada penduduk di negara-negara berkembang!
Lima pengemisi karbondioksida terbesar di
dunia adalah Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, dan Jepang. Ini yang
menyebabkan Protokol Kyoto. Hanya mengharuskan negara-negara maju, yang juga
kaya, untuk menurunkan emisinya lebih dahulu. Ironisnya, Cina sebagai negara berkembang
menunjukkan sikap kepemimpinan dalam menanggapi isu Perubahan Iklim, berkebalikan
dengan negara-negara industri yang kian terpuruk. Emisi karbondioksida Cina
pada tahun 1998 turun hingga 4% dengan tingkat ekonomi naik hingga lebih dari
7%.
Efek
Rumah Kaca adalah penyebab, sementara Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
adalah akibat.
Efek Rumah Kaca menyebabkan terjadinya
akumulasi panas (atau energi) di atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang
berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang
dimaksud salah satunya peningkatan temperatur bumi, kemudian disebut Pemanasan
Global dan berubahnya iklim regional—pola curah hujan, penguapan, pembentukan
awam—atau Perubahan Iklim.
CO2 adalah
GRK terpenting yang memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatnya faktor
radiatif. CO2
bertanggung jawab atas 83% penyebab radiatif dari GRK pada 1994
sedangkan methan memberikan kontribusi sebesar 15%. Kontribusi gas-gas lain
dianggap tidak signifikan.
DAMPAK TERHADAP MASYARAKAT
Menurut Konvensi Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nation Framework Convention on
Climate Change atau UNFCCC), sistem iklim dalam hubungannya dengan
perubahan iklim didefinisikan sebagai totalitas atmosfer, hidrosfer, biosfer,
dan geosfer dengan interaksinya. Sedangkan perubahan iklim dinyatakan sebagai
perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh
aktivitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer, yang akan memperbesar
keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang2. Sejak Konferensi
Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992, ilmuwan di seluruh dunia menjadi makin
tertarik pada isu tentang perubahan iklim, terutama terhadap pembentukan gas
rumah kaca (GRK)3 di atmosfer Bumi.
Perubahan iklim yang dicirikan oleh
peningkatan suhu udara dan perubahan besaran dan distribusi curah hujan telah
membawa dampak yang luas dalam banyak segi kehidupan manusia dan diperkirakan
akan terus memburuk jika emisi GRK tidak dapat dikurangi dan distabilkan.
Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dipengaruhi oleh kerentanan suatu
sistem.
Kerentanan (vulnerability)
didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem (termasuk ekosistem, sosial
ekonomi, dan kelembagaan) untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Kerentanan merupakan
fungsi besarnya perubahan dan dampak, serta variasi perubahan iklim. Sistem
yang rentan tidak akan mampu mengatasi dampak yang kecil sekalipun, apalagi
jika perubahan yang terjadi sangat bervariasi. IPCC (2001) menggolongkan risiko
akibat perubahan iklim menjadi risiko ekstrim sederhana dan risiko ekstrim
kompleks. Perubahan yang terjadi dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.
A.
Akibat ekstrim sederhana:
1)
Akibat yang menguntungkan
•
Bertambahnya produktivitas tanaman
di daerah beriklim dingin
•
Menurunnya risiko kerusakan
tanaman pertanian oleh cekaman dingin
•
Meningkatnya runoff yang berarti
meningkatnya debit aliran air pada daerah kekurangan air
•
Berkurangnya tenaga listrik untuk
pemanasan
•
Menurunnya angka kesakitan dan
angka kematian oleh cekaman dingin
2)
Akibatyang merugikan
•
Meningkatnya tingkat kematian dan
penyakit serius pada manula dan golongan miskin perkotaan
B.
Akibat ekstrim kompleks (seluruhnya merugikan)
•
Berkurangnya produksi tanaman
pertanian oleh kejadian kekeringan dan banjir
•
Meningkatnya kerusakan bangunan
oleh pergeseran batuan
•
Penurunan sumber daya air secara
kualitatif maupun kuantitatif
•
Meningkatnya risiko kebakaran
hutan
•
Meningkatnya risiko kehidupan
manusia, epidami penyakit infeksi
•
Meningkatnya erosi pantai dan
kerusakan bangunan dan infrastruktur pantai
•
Meningkatnya kerusakan ekosistem
pantai seperti terumbu karang dan mangrove
•
Menurunnya potensi pembangkit
listrik tenaga di daerah rawan kekeringan
•
Meningkatnya kejadian kekeringan
dan kebanjiran
•
Meningkatnya kerusakan
infrastruktur.
Dampak dari pemanasan global terhadap
lingkungan dan kehidupan, dapat dibedakan menurut tingkat kenaikan suhu dan
rentang waktu. Bila suhu bumi meningkat hingga 30C diramalkan
sebagian belahan bumi akan tenggelam, karena meningkatnya muka air laut akibat
melelehnya es di daerah kutub, misalnya Bangladesh akan tenggelam. Bencana
tzunami akan terjadi lagi di beberapa tempat, kekeringan dan berkurangnya
beberapa mata air, kelaparan dimana-mana. Akibatnya banyak penduduk dari daerah-daerah
yang terkena bencana akan mengungsi ke tempat lain. Peningkatan jumlah
pengungsi di suatu tempat akan berdampak terhadap stabilitas sosial dan
ekonomi, kejadian tersebut sudah sering kita dengar terjadi di Indonesia paska
bencana.
Perubahan
yang lain adalah meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi. Perubahan-perubahan tersebut akan
berpengaruh terhadap hasil pertanian, berkurangnya salju di puncak gunung,
hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna.
Akibat
perubahan global tersebut akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam
perencanaan dan pengembangan wilayah, pengembangan pendidikan dan sebagainya.
Guna menghindari terjadinya bencana besar yang memakan banyak korban, para
ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global.
Manusia
sensitif terhadap pemanasan global termasuk diantaranya meliputi ketersediaan
air bersih, pertanian dan kehutanan (ketersediaan pangan); daerah pantai dan
kelautan (perikanan), perkampungan (tempat tinggal), ketersediaan energi,
industri; asuransi dan aspek perkonomian lainnya; dan kesehatan.
a. Ketahanan Pangan Terancam –
Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat banjir,
kekeringan, pemanasan dan tekanan air, serangan hama dan penyakit, kenaikan air
laut, serta angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi waktu tanam
dan waktu panen, di beberapa tempat masa tanam lebih panjang tetapi di lain
tempat justru menjadi lebih singkat. Peningkatan suhu 1oC
diperkirakan akan menurunkan panen padi di negara tropis sebanyak 10%. Dengan
demikian bahaya kelaparan akan mengancam penduduk di mana-mana.
b. Risiko Kesehatan – Cuaca yang
ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa memunculkan penyakit
lama yang sudah jarang ditemukan saat ini. Badan Kesehatan PBB memperkirakan
bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan
kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam
berdarah (dengee) diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti
Indonesia.
TABEL .KERUGIAN BEBERAPA PEYAKIT YAN BERKAITAN DENGAN
CUACA
GAMBAR
KENAIKAN SUHU RATA‐RATA DI PERANCIS DAN KENAIKAN KEMATIAN, 2003
c. Air – Ketersediaan air berkurang
10%-30% di beberapa kawasan terutama di daerah tropika kering. Kelangkaaan air
akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat musim kemarau berkepanjangan dan
intrusi air laut ke daratan. Masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai akan
sangat menderita.
Apalagi bila
terumbu karang mulai berkurang yang menjadi tempat hidup makhluk laut, sehingga
mengurangi jenis ikan dan populasi ikan-ikan.
d. Ekonomi – Kehilangan lahan
produktif akibat kenaikan permukaanlaut dan kekeringan, bencana, dan risiko
kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana
menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan
iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus
berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi
terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan
bahwa dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk
mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan
iklim.
e. Dampak sosial, budaya dan politik ¬
Bencana terkait perubahan iklim akan meningkatkan jumlah pengungsi di dalam
suatu negara maupun antar negara. Proses mengungsi ini membuat orang menjadi miskin
dan terpisah dari akar sosial dan budaya mereka, terutama hubungan dengan tanah
leluhur dan kearifan budaya mereka. Di sisi lain, krisis pangan, air dan
sumberdaya terus meningkat, sehingga akan menimbulkan konflik horizontal dan
akhirnya bisa memicu konflik politik di dalam negara maupun antar negara.
f. Dampak Lingkungan – kepunahan.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan global karena sebagian besar lahan akan dihuni manusia. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat
perubahan iklim dan gangguan padakesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem),
misalnya terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak
atau bahkan mati karena suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37%
dari seluruh spesies dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam
wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi.
Adaptasi
Perubahan iklim
yang sedang terjadi berikut segala dampaknya tidak dapat dihindari. Oleh karena
itu, harus dilakukan upaya adaptasi, yaitu mempersiapkan diri dan hidup dengan
berbagai perubahan akibat perubahan iklim, baik
yang telah terjadi maupun mengantisipasi dampak
yang mungkin terjadi. Beradaptasi terhadap
kedua macam dampak perubahan iklim – kejadian
ekstrem dan dampak perlahan – memerlukan
strategi yang berbeda. Mempersiapkan diri
menghadapi kejadian ekstrem dilakukan dengan
menyusunrencana penanganan bila terjadi bencana alam,
seperti badai dan banjir. Sedangkan menghadapi
perubahan perlahan memerlukan kemauan dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
kondisi lingkungan yang terus berubah.
Sebenarnya penanganan masalah
lingkungan, seperti reboisasi atau rehabilitasi terumbu karang yang rusak,
sudah merupakan kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim. Namun, kegiatan
tersebut perlu diperkuat dengan menyertakan pertimbangan mengenai dampak perubahan
iklim. Usaha mengurangi kemiskinan juga merupakan kegiatan adaptasi karena
masyarakat miskin paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dengan minimnya
kemampuan mereka untuk beradaptasi.
Contoh
adaptasi terhadap kejadian ekstrem adalah dengan mengantisipasi bencana alam yang
bisa semakin sering terjadi karena adanya perubahan iklim. Ini bisa dilakukan dengan
membuat sistem peringatan dini di daerah yang dinilai rawan badai serta memberi
petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan masyarakat bila badai terjadi.
Contoh
adaptasi terhadap dampak perubahan iklim perlahan adalah membuat perlindungan bagi
masyarakat yang tinggal di pesisir dengan cara menanam hutan bakau. Adanya
hutan bakau mengurangi kemungkingan erosi pantai dan intrusi air laut ke dalam
sumber air bersih akibat naiknya permukaan air laut.
SIMPULAN
Melalui penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang terkait, dapat disimpulkan bahwa pemanasan
global di samping dipengaruhi oleh hasil kegiatan manusia, ternyata pengaruh
dari aktivitas Matahari juga berperan serta didalamnya. Hal ini terlihat dari
kenaikan temperatur sejak 1900an yang berkorelasi dengan kenaikan dari aktivitas
Matahari. Walaupun pola kenaikan CO2 terlihat lebih kuat kaitannya dibandingkan
dengan kenaikan pada siklus sunspot.
Dari gambaran dampak perubahan iklim
terhadap berbagai sektor di atas akhirnya perubahan iklim mempunyai implikasi
terhadap aktivitas ekonomi suatu daerah, suatu wilayah, bahkan mungkin untuk
seluruh dunia. Selain dampak yang secara langsung berpengaruh terhadap berbagai
aktivitas manusia, biaya sosial dan ekonomi juga harus dikeluarkan untuk
memperlambat pemanasan global juga sangat tinggi.
Karena dalam pengendalian dibutuhkan
kebijakan dan kearifan dari semua pihak khususnya dalam pemanfaatan enersi
bersih yang rendah emisi gas buang CO2, efiseinsi penggunaan dan pemanfaat
bahan yang ramah lingkungan serta aksi atau kegiatan yang terkait dengan
reforestasi secara berkelanjutan dan terus menerus. Di lain pihak adanya pusat
penelitian dan pengembangan di bidang cuaca dan iklim yang handal dan
profesional merupakan harapan kita yang dapat membantu dalam pengumpulan data
dan informasi, pengolahan/penelitian dan pengembangan serta penyebaran
informasi. Pengalaman
menunjukan bahwa data dan informasi Pemanasan Glolbal umumnya bersumber berasal
dari luar Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar