Sabtu, 28 Januari 2012

Perkembangan Pemikiran Perkembangan Kualitas TqM

Perkembangan Pemikiran Perkembangan Kualitas TqM
A. Pengertian biaya kualitas menurut para ahli
Biaya kualitas menurut Hilton, Maher, Selto (2003 : 266) diartikan sebagai biaya-biaya
sehubungan dengan aktivitas untuk mengontrol kualitas dan dalam mengoreksi risiko
kegagalan yang timbul.
Segala pengeluaran yang mendukung perbaikan kualitas suatu produk akan dimasukkan
sebagai biaya kualitas. Gryna (2001 : 19) mengemukakan bahwa: ”sejak tahun 1950, konsep
tentang biaya kualitas muncul. Beberapa diantarannya mengartikan biaya kualitas sebagi biaya
yang dikeluarkan untuk mencapai kualitas.”
Jadi pengertian Biaya kualitas secara umum yaitu biaya yang berhubungan dengan penciptaan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan.

B. Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
 Perspektif Terhadap Kualitas
David Garvin (dalam Lovelock, 1994) dan Ross (1993) mengidentifikasi adanya lima
alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu:
1. Transcendental Approach, Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui,
tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan
dalam seni music, drama, seni tari, dan seni rupa.
2. Product-based Approach, Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau
atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Pandangan ini sangat objektif, maka
tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual.
3. User-based Approach, Pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung
pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang
(misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
4. Manufacturing-based Approach, Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi
yang dikembangkan secara internal, yang seringkali didorong oleh tujuan peningkatan
produktivitas dan penekanan biaya. Jadi, yang menentukan kualitas adalah standar-standar
yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Kualitas dalam perspektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki kualitas
paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai
adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy)
Dimensi Kualitas

Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan sebagai
kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensidimensi
tersebut adalah:
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal
dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi;
penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
 Sejarah Mengenai kualitas
Garvin mengungkapkan bahwa kualitas sebagai suatu konsep sudah lama dikenal, tetapi
kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi akhir – akhir ini. Ia membagi pendekatan
modern terhadap kualitas empat era yakni:
1. Inspeksi
2. Pengendalian kualitas statistikal
3. Jaminan kualitas
4. Manajemen kualitas strategis
Selain keempat era yang dikemukakan oleh Garvin tersebut, Christopher lovelock
menambahkan era kelima, yaitu obsesi kualitas menyeluruh.
 Sumber Kualitas
Paling tidak, ada lima sumber kualitas yang biasa dijumpai yaitu:
1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak.
2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail.
3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum
dilepas kepasar
4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik,
pekerja yang terlatih baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat.
5. Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama.
 Definisi dan Pandangan Terhadap Biaya Kualitas.
Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang
buruk. Jadi biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian,
perbaikan, dan pencegahan kerusakan.
Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu:
1.Biaya pencegahan (prevention cost), untuk mencegah kerusakan produk yang
dihasilkan.
2. Biaya deteksi/ penilaian(detection/appraisal cost), untuk menentukan apakah produk dan
jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas.
3.Biaya kegagalan internal (internal failure cost), biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian
dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar
(pelanggan).
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost), biaya yang terjadi karena produk atau jasa
gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan
kepada para pelanggan.
Dewasa ini, ada tiga kategori pandangan yang berkembang di antara para praktisi mengenai
biaya kualitas:
1. Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi pula.
2. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan.
3. Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila produk atau
jasa dihasilkan secara benar sejak awal.

C. Prilaku Biaya Kualitas
Kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya. Perusahaan menginginkan agar biaya
kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai
dengan titik tertentu. Bila standar kerusakan nol dapat dicapai, maka perusahaan masih
harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian/ deteksi. Menurut para pakar kualitas,
suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang berjalan dengan baik, biaya
kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan.
D. Pandangan Terhadap Jumlah Kesalahan Optimum
Berdasarkan pendekatan tradisional biaya terendah dicapai pada level non zero defect.
Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan
meningkat dengan semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila
ada sedikit kesalahan yang dibiarkan.
Sebaliknya TQM berpendapat bahwa biaya terendah dicapai pada level zero defect.
Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa meskipun kesalahan yang ada itu
jumlahnya besar, tetapi hal ini tidak memerlukan lebih banyak biaya untuk memperbaiki
kesalahan yang terakhir tersebut dibandingkan dengan mengoreksi kesalahan yang
pertama. Oleh karena itu biaya total menurun terus sampai kesalahan terakhir diatasi.
Dalam hal ini TQM berpendapat bahwa quality is free.
E. Pengukuran Kualitas
Kualitas dapat diukur melalui penelitian konsumen mengenai persepsi pelanggan
terhadap kualitas suatu produk atau perusahaan. Penelitian konsumen tersebut
menggunakan berbagai macam metode, misalnya sistem keluhan dan saran, ghost
shopping, lost customer analysis, maupun dengan survei pelanggan.
Pada hakikatnya pengukuran kualitas suatu jasa atau produk hamper sama dengan
pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu ditentukan oleh variabel harapan dan kinerja yang
dirasakan (perceived performance).

F. Pemikiran Beberapa Pakar Kualitas Atau TQM
Tiga pakar utama yang merupakan pionir dalam pengembangan TQM. Mereka adalah
W. Edwards Deming, Joseph M. Juran, dan Philip B. Crosby.
1. W. Edwards Deming
Banyak yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan total quality
management.
Tahap-tahap dalam Siklus Deming terdiri dari:
 Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (plan).
 Menghasilkan produk (do).
 Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (check).
 Memasarkan produk tersebut (act).
 Menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas,
biaya, dan kriteria lainnya (analyze).
Empat Belas Point Deming (Deming’s Fourteen Points)
1. Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa.
2. Adopsilah falsafah baru.
3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk.
4. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah
5. Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan jasa.
6. Lembagakan on the job training.
7. Lembagakan kepemimpinan.
8. Hapuskan rasa takut
9. Hilangkan dinding pemisah antar departemen
10. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenag kerja.
11. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran
12. Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
13. Giatkan program pendidikan dan self-improvement.
14. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk
mengerjakannya.
Deming’s Seven Deadly Diseases
Merupakan pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi
transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia, yakni:
1. Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang memiliki
pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam bisnis dan
menyediakan lapangan kerja.
2. Penekanan pada laba jangka pendek.
3. Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen berdasarkan
sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai
sasaran tersebut
4. Job hopping oleh para manajer.
5. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan
keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama
sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.
6. Biaya medis yang terlalu berlebihan.
7. Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan para pengacara yang bekerja
berdasarkan tarif kontingensi.
2. Joseph M. Juran
Juran yang memiliki dua gelar kesarjanaan (teknik dan hukum) ini merupakan
pendiri dari Juran Institute, Inc. di Wilton, Connecticut. Institut ini bergerak dalam
bidang pelatihan, penelitian, dan konsultasi manajemen kualitas.
Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok/sesuai untuk digunakan (fitness for
use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat
memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian cocok ini
mengandung lima dimensi utama yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian,
ketersediaan, keamanan, dan field use.
Juran’s Three Baasic Steps to Progress
Menurut Juran, ada tiga langkah dasar sebagai langkah yang harus diambil
perusahaan bila mereka ingin mencapai kualitas tingkat dunia yaitu:
1. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan
dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
2. Mengadakan program pelatihan secara luas.
3. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih
tinggi.
Juran’s Ten Steps to Quality Improvement.
Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas menurut Juran, meliputi:
1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan
2. Menetapkan tujuan perbaikan
3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4. Menyediakan pelatihan
5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah
6. Melaporkan perkembangan
7. Memberikan penghargaan
8. Mengkomunikasikan hasil-hasil
9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai
10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.
The Juran Trilogy
Merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama, yaitu:
a. Perencanaan Kualitas.
b. Pengendalian Kualitas.
c. Perbaikan Kualitas.
3. Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan, yang menentang
tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistic (acceptable quality level). Ia juga dikenal
dengan Quality Vaccine dan Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement
Pandangan-pandangan Crosby dirangkumnya dalam ringkasan yang ia sebut sebagai Dalildalil
Manajemen Kualitas. Dalil-dalil tersebut antara lain:
1. Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan.
2. Sistem kualitas adalah pencegahan
3. Kerusakan nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus digunakan
4. Ukuran kualitas adalah price of non conformance
Crosby’s Quality Vaccine
Terdiri atas tiga unsur, yaitu Determinasi (Determination), Pendidikan
(Education), dan Pelaksanaan (Implementation).
Setiap perusahaan harus diivaksinasi agar memiliki antibody untuk melawan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan (non-conformances). Ketidaksesuaian ini
merupakan sebab, sehingga harus dicegah dan dihilangkan. Dalam menyiapkan
vaksinasi, suatu perusahaan perlu membuat lima unsur, yaitu:
1. Integritas.
2. Sistem
3. Komunikasi
4. Operasi
5. Kebijakan
Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement
Empat belas langkah untuk perbaikan kualitas menurut Crosby terdiri atas:
1. Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk jangka
panjang
2. Membentuk tim kualitas antar departemen
3. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial
4. Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan sebagai
alat manajemen.
5. Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua
karyawan.
6. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah yang
telah diidentifikasi.
7. Mengadakan program zero defects.
8. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas tersebut.
9. Mengadakan Zero Defects Day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar
akan adanya arah baru.
10. Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan
tim.
11. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas.
12. Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
13. Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terusmenerus
14. Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses yang
tidak pernah berakhir

Kesimpulan
Bahwa pengertian Biaya Kualitas merupakan Biaya yang berhubungan dengan
penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Dan kualitas dapat
diukur berdasarkan biayanya.
Dari beberapa pemikiran tiga pakar kualitas, ada sejumlah kesamaan yang
dikemukakan oleh mereka, yaitu:
1. Inspeksi bukanlah jawaban atau kunci untuk melaksanakan perbaikan kualitas
2. Keterlibatan dan kepemimpinan manajemen puncak sangat penting dan esensial
dalam menciptakan komitmen dan budaya kualitas.
3. Program kualitas membutuhkan usaha dari seluruh bagian/pihak dalam organisasi
dan merupakan komitmen jangka panjang. Untuk itu dibutuhkan pula pendidikan
dan pelatihan.
4. Kualitas merupakan faktor primer, sementara scheduling merupakan faktor
tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar